Monday, December 19, 2011

Kisah Nyata Islami : Hidayah Abdullah Battersbey, (Mayor Tentara Inggris)

Beberapa tahun yang lalu (saat tulisan ini dimuat, ed), dalam waktu paling kurang dari seperempat
abad, adalah kebiasaan saya sehari-hari bepergian sepanjang jalan air Burma dengan menggunakan
sampan. Pengemudinya seorang Muslim, bernama Syekh Ali dari Chitagong, Bangladesh. Dia
seorang jurumudi yang mahir dan berpegang kepada ajaran-ajaran agamanya secara ikhlas, tekun
melakukan sembahyang pada waktunya. Ketaqwaannya tidak hanya menimbulkan rasa hormat saja
pada saya, tapi malahan mempengaruhi perhatian saya terhadap agama yang mampu menguasai
orang ini dan menjadikannya orang yang setia/taqwa. Di sekitar tempat tinggal saya ada beberapa
orang Burma Buddhist yang juga menunjukkan kesetiaannya, bahkan kadang-kadang mereka itu --
sebagaimana yang saya saksikan-- termasuk penghuni bumi yang paling banyak kebaikan dan
pengorbanannya. Akan tetapi bagi saya jelas adanya kekurangan dalam peribadatan mereka. Saya
tahu bahwa mereka melakukan sembahyang di pagoda, karena saya melihat mereka berkumpul
sambil duduk bersimpuh di sans dengan mengucapkar, bacaan-bacaan sembahyang mereka,
Buddham saranam gaccami, Dharma saranam gaccami, Sanghan saranam gaccami.
Mereka mengatakan bahwa dengan begitu mereka telah mengikuti petunjuk-petunjuk Buddha
sebagai hukum dan peraturan untuk meningkatkan kehidupan rohani mereka. Mereka tampak terlalu
lugu, tidak bersemangat. Jauh berbeda dengan keadaan Syekh Ali pada waktu sembahyangnya.
Saya mengajaknya berbicara sepanjang perjalanan kami pada jalur-jalur jalan air yang sempit itu. Dia
tidak begitu baik berbicara selain tentang hal-hal yang memberikan dorongan bertaqwa pada jiwanya.
Dia memang seorang model dari kekuatan inspirasi Islam.
Saya telah membeli beberapa buah buku yang membahas sejarah Islam dan ajarannya. Saya juga
sedapat mungkin mempelajari sejarah hidup (biografi) Nabi Muhammad s.a.w. dengan segala
keberhasilannya yang besar-besar. Kadang-kadang saya juga berdiskusi mengenai beberapa
masalah ini bersama sahabat-sahabat saya yang beragama Islam. Tapi kemudian perang dunia ke-I
pecah, dan seperti juga banyak orang lain, saya ditugaskan pada Indian Army di Mesopotamia,
sehingga saya terjauh dari negara-negara Buddhist dan saya bergaul dengan orang-orang Arab yang
di kalangan mereka lahir seorang Rasul dan bahasa mereka menjadi bahasa Al-Qur'an.
Kehidupan saya di tengah-tengah bangsa Arab itu menyebabkan bertambahnya perhatian saya
terhadap Islam dan ajaran-ajarannya. Lalu saya belajar bahasa Arab dan bergaul lebih akrab dengan
rakyat Arab. Saya kagum atas besarnya semangat mereka menyembah Allah, sampai akhirnya saya
sendiri percaya atas ke-Esaan Tuhan, pada hal sejak kecil saya dididik untuk percaya kepada
Trinitas. Sekarang jelas bagi saya bahwa yang benar Tuhan itu Unity bukan Trinitas. Laa llaaha
illallah. Saya ingin mengumumkan diri saya sebagai orang Islam. Kenyataannya, walaupun saya
sama sekali sudah tidak lagi suka datang ke gereja dan sekali-sekali mengunjungi mesjid-mesjid
manakala menjalankan tugas resmi saya sebagai opsir polisi, hanya sewaktu saya datang ke
Palestina sajalah, yakni antara tahun 1935 dan 1942 saya menemukan keberanian untuk secara
resmi mengumumkan bahwa saya telah masuk Islam, agama yang telah saya pilih beberapa tahun
lamanya.
Adalah hari besar dalam sejarah hidup saya, ketika saya mengumumkan keIslaman saya di
Mahkamah Syar'iyyah Kota Yerusalem yang dikenal di kalangan bangsa Arab dengan nama Al-Quds
atau Baitul-Mukaddas. Waktu itu saya adalah Kepala Staf Umum, dan pengumuman saya sebagai
pemeluk Islam itu telah mengundang banyak reaksi yang kurang sedap. Sejak waktu itu saya telah
hidup dan mempraktekkan kepercayaan sebagai orang Islam di Mesir dan kemudian di Pakistan.
Islam adalah suatu agama persaudaraan terbesar sekitar 500 juta orang, dan mengikuti golongan ini
berarti mengikuti petunjuk Allah.
Kalau saya sekarang mengakui kebesaran Islam dan pada tahun-tahun terakhir ini menyerahkan
tenaga untuk memajukan Islam dengan tulisan dan kehidupan saya, maka keutamaannya kembalikepada itu orang pengemudi sampan yang ketaqwaannya telah membawa saya kembali kepada
Allah dan Islam. Sesungguhnya kita semua lahir sebagai orang Islam, hanya saya sebagai manusia
lemah telah tersesat jalan.
Sekarang, alhamdulillah, saya telah menjadi seorang anggota persaudaraan besar Islam, dan
manakala saya bersembahyang, saya merendahkan diri memohon kepada Allah untuk ruh
pengemudi sampan yang miskin itu, yang ketaqwaannya telah mendorong saya menemukan jalan
yang diilhami oleh akidahnya yang kuat dan mantap.
Allah, tidak ada Tuhan selain Dia.
Yang Hidup, Yang Kekal dan Esa.
Yang tidak diberatkan oleh sesuatu dan tidak pernah tidur.
Kepunyaan-Nya sendirilah ke-Rajaan.
Di langit dan di bumi.
Pada-Nya tersimpan kunci-kunci alam gaib,
tidak dicampuri yang lain.
Dia melihat segala yang ada di bumi, di air dan di udara. Dia melihat setiap bunga yang berkembang
dan setiap gelombang di semua lautan.
Sumber : Mengapa Kami Memilih Islam, Rabithah Alam Islamy Mekah, Alih bahasa: Bachtiar
Affandie, Cetakan Ketiga 1981, Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung


Klik Untuk Keterangan Lebih Lanjut
My Ping in TotalPing.com
Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Feedage Grade C rated
Preview on Feedage: general Add to My Yahoo! Add to Google! Add to AOL! Add to MSN
Subscribe in NewsGator Online Add to Netvibes Subscribe in Pakeflakes Subscribe in Bloglines Add to Alesti RSS Reader
Add to Feedage.com Groups Add to Windows Live iPing-it Add to Feedage RSS Alerts Add To Fwicki